Pentingnya Menjaga Persaudaraan & Silahturahmi Dalam Islam

Ukhuwah Islamiyah

“Sesungguhnya orang yang mu’min itu adalah bersaudara”. (QS, Al – Hujurat, 49:10)

Ukhuwah Islamiyah adalah salah satu akhlaq Islam yang menjadi dasar masyarakat Islam yang paling penting setelah Tauhidullah, atau mengesakan Allah. Ukhuwah atau persaudaraan Islam adalah wasilah utama untuk ‘izzul Islam wal-muslimin. Ukhuwah dan persaudaraan Islam adalah jalan terdekat untuk memperoleh ampunan dan ridha Allah SWT. Esensi Ukhuwah Islamiyah bukan berarti harus satu pendirian dan satu pendapat dalam segala urusan, melainkan terletak pada sikap hati dan jiwa.

Allah SWT menyampaikannya dalam Al-Quran bahwa untuk mewujudkan Ukhuwah Islamiyah dan mewujudkan kasih sayang di antara manusia diperlukan Rahman dan Rahim Allah SWT. Beberapa langkah yang diperintahkan Al-Quran untuk menjaga dan melestarikan Ukhuwah Islamiyah, pada saat kita berbeda pendapat dengan orang lain antara lain:

Kita semua harus siap meninggalkan pendapat kita sendiri dan mengikuti pendapat orang lain, apabila ternyata pendapat orang lain itu dilandasi oleh ayat Al-Quran atau hadist yang shahih, sedangkan pendapat kita tidak didasarkan kepada dalil yang dapat dipertanggung jawabkan.

“Apabila kalian bertentangan dalam suatu hal, maka kembalikan kepada Allah (Al-Quran) dan kepada Rasulallah (Al-Hadist).” (QS. An-Nisa’, 4-59)

Hal lain yang tidak kalah penting dalam mewujudkan Ukhuwah Islamiyah adalah kemampuan diri kita masing-masing untuk mengindari diri dari berbagai sikap yang dapat meretakkan sendi-sendi ukhuwah dan dapat menggoyahkan fundamen persaudaraan. Yang terpenting adalah menegakkan akhlaqul kharimah, akhlaq ukhuwah islamiyah.

Apapun perbedaan yang terjadi pada sesama muslim sepanjang akhlaq ukhuwah masih kuat, perbedaan itu tidak akan melahirkan keretakan dan pertentangan. Secara terperinci Al-Quran memberikan petunjuk tentang sikap dan langkah yang mesti menjadi milik dan ciri pribadi muslim. Langkah tersebut antara lain

1. Husnudzon, berbaik sangka kepada saudarsanya yang mu’min

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian orang lain..” (Q.S. Al-Hujurat 49:12)

2. Tabayyun, selektif dalam menerima informasi

Rasulullah bersabda “Cukup seorang itu dikatakan sebagai pendusta apabila dia menceritakan apa saja yang ia dengar (sebelum ia dicek kebenarannya).” H.R Bukhari.

3. Tausiah, saling wasiat mewasiati

Mu’min yang baik itu bukan manusia yang tanpa cacat dan salah, tapi manusia yang selalu sadar akan kesalahan dan kelemahan dirinya serta berusaha memperbaikinya. Untuk itulah Islam mengajarkan forum tausiah, usaha untuk saling sadar sadar menyadarkan, nasehat menasehati bukan saling menjelak-jelakan apalagi membuka aib seseorang.

4. Islah, usaha pemberesan

Mengendapkan kesalah pahaman bukanlah penyelesaian yang tuntas; tapi tergesa-gesa untuk melakukan kritik terbuka seringkali tidak mampu menuntaskan permasalahan. Sebab yang diselesaikan bisa jadi buakanya hanya kesalahpahaman yang nampak di luaranm tapi mungkin berakar dalam diri yang lebih dalam sehingga penyelesaiannya diperlukan kearifan yang tidak hanya mampu menundukan argumentasi tapi melunakkan jiwa dan meluluhkan rasa

5. Tenggang rasa

Islam berpesan agar setiap muslim dalam segala sikapnya senantiasa mempertimbangkan perasaan orang lain. Segala sikap dan ucapan seorang mukmin harus senantiasa dipengaruhi oleh pertimbangan kemaslahatan dan kebaikan bagi orang lain. Jangan menyulitkan diri dan jangan menyulitkan orang lain.

6. Silaturahmi

“Menghubungkan tali silaturahmi itu bukanlah mewujudkan tali kasih sayang dengan orang yang siap bersilaturahmi saja. SIlaturahmi yang sungguh-sungguh jika kamu siap mewujudkannya terhadap orang yang memusuhi kamu.” (Hr. Bukhori)

 Teks by : Miftah Faridl