Kultum Ramadhan: Bekerja Penuh Amanah

responsibility-word-cloud-29662690

Bersama Dr. Miftah Faridl

Ada seorang sahabat Abul Aliyah bertanya pada Rasulullah SAW, kalau jadi orang Islam apa yang paling mudah? Kata Nabi, membaca dua kalimat syahadat. Lalu Beliau ditanya lagi, apa yang paling sulit? Rasul menjawab, hidup jujur amanah. Kemudian Rasulullah berseru, tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur, tidak ada Islam bagi orang yang tidak memenuhi janji. Jadi kejujuran adalah sesuatu yang amat penting dalam Islam. Orang Islam harus jujur, kalau tidak, keislamannya tidak beres. Kejujuran, iman, dan Islam adalah satu kesatuan.

Maka dalam sebuah hadits dikatakan, ketidakjujuran adalah sepertiga kemunafikan: bila berjanji dia ingkar, mendapat amanah dia khianat, dan jika berkata dia berdusta. Nabi Muhammad SAW menekankan bagaimana kejujuran menjadi karakter utama umat Islam. Salah satu contoh adalah Umar bin Khattab, yang sering turun langsung melihat keadaan rakyat (blusukan). Beliau berjumpa seorang penggembala buta huruf yang tengah menggembala kambingnya.

Umar bertanya, “berapa jumlah kambing yang tengah kau gembalakan?”

Si gembala menjawab, “Saya tidak tahu, Tuan. Saya tidak pernah menghitungnya. Tugas saya hanya menggembala kambing majikan saya.”

Kemudian Umar berniat membeli kambing tersebut.

Namun si gembala menolak, karena kambing tersebut bukan miliknya.  Sehingga dia tidak berhak menjualnya. “Jika Tuan hendak membelinya, silakan saja langsung pada majikan saya.”

Namun Umar memaksa, “Bukankah banyak kambing yang mati di penggembalaan musim panas seperti ini? Bilang saja pada majikanmu, kambing yang kubeli mati di perjalanan. Majikanmu pasti percaya.”

Si gembala menjawab, “Pastilah majikan saya percaya. Karena saya tidak pernah berdusta kepadanya.”

Kemudian Umar mengeluarkan sejumlah uang bahkan mengepalkannya di tangan si gembala. Namun penggembala ini malah menepuk bahu Umar seraya berkata, “Malulah kepada Allah, Tuan!  Malu kepada Allah!”

Kemudian Umar bersujud syukur, dalam sujudnya Beliau berseru, “Ya Allah, saya bersyukur kepadamu. Saya bahagia, rakyat saya walaupun miskin, bodoh, tapi tetap memelihara kejujuran. Masih adakan di akhir zaman ya Tuhan, hambaMu yang memiliki kejujuran seperti penggembala buta huruf ini? Tidak mengambil hak orang lain, bahkan ketika peluangnya terbuka lebar karena malu kepadaMu.”

Pertanyaan Umar ini juga yang masih harus kita jawab bersama. Jika menginginkan keberkahan, kita harus jujur. Bekal kejujuran adalah kita harus yakin bahwa Allah SWT melihat kita. Kita tidak dapat menipu, mengelabui, dan sembunyi dari Allah, sehingga kemudian tumbuh rasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah.