How to Build Your Personal Branding

 

crafting-your-personal-branding1

Personal branding bukan sekedar menulis nama dan titel kita, atau memberitahu orang lain mengenai keahlian dan kepribadian kita. Bukan pula semata-mata memasarkan dan mempromosikan diri kita ke sebanyak-banyaknya orang. Personal branding adalah proses mengidentifikasi dan mengkomunikasikan hal-hal yang membuat kita unik, relevan, dan berbeda di mata orang lain, untuk menjadi lebih sukses dalam karir maupun bisnis.

Contoh tokoh dengan personal branding yang sangat kuat adalah Oprah Winfrey. Oprah telah sukses mengembangkan personal branding-nya ke berbagai industri: TV, majalah, klub buku, dan masih banyak lagi. Semua bisa dilakukan karena personal branding yang sudah sangat dikenal, dan ini dibangun selama periode yang cukup lama secara konsisten.

Mungkin kamu berpikir, buat apa sih punya personal branding? Saya kan hanya seorang fresh graduate/karyawan/pemilik bisnis  kecil? Jangan salah – apapun titel kita, personal branding yang baik sangat bisa membantu mencapai tujuan karir maupun bisnis kita karena:

  1. Membedakan kita dengan yang lain

Sekarang ini kompetisi sudah semakin marak. Tidak mungkin kita bisa menonjol tanpa ada sesuatu yang membedakan kita dengan yang lain. Personal branding bisa menjadi hal tersebut, pembeda yang menjadikan kita lebih depan dibandingkan kompetitor.

  1. Membantu memperluas network

Dengan personal branding yang jelas, orang lain akan lebih mudah mengenali apa keahlian kita. Ini akan menarik mereka yang setipe dengan kamu, yang pada akhirnya bisa membantu karir atau bisnis kita; dan juga sebaliknya.

  1. Menambah nilai kita

Sama seperti sebuah merek premium, personal branding bisa membandrol harga lebih mahal dibandingkan merek lain. Seseorang dengan personal branding lebih baik bisa “menuntut” kompensasi lebih tinggi kepada calon klien maupun calon pimpinan di perusahaan.

Bagaimana caranya menemukan dan membangun personal branding yang baik? Ada 3W yang bisa kamu ikuti:

  1. Who are you?

Sepertinya mudah untuk dijawab, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Ingat, ini bukan hanya sekedar nama dan titel. Pertanyaan ini juga mencakup latar belakang pendidikan, keahlian, pengalaman, rencana, visi, misi, dan nilai-nilai yang kamu pegang. Jangan melenceng dari kepribadian kamu, maupun bidang keahlian kamu. Mencoba menjadi seseorang yang bukan kamu hanya akan menyusahkan dan menyiksa diri kamu sendiri.

  1. What do you do best?

Apa sih USP (Unique Selling Point) kamu? Apa 1 hal yang membuat kamu berbeda dari sesama alumni kampus kamu, dari karyawan lain di perusahaan kamu, dari pemilik bisnis lain yang bergerak di bidang yang sama dengan kamu? Seandainya kamu hanya punya waktu 30 detik untuk menjelaskan W yang ke-2 ini ke orang lain, apa yang akan kamu katakan? Ingat, kita tidak mungkin menjadi semua hal untuk semua orang – jadi pikirkan baik-baik kelebihan apa yang ingin kita soroti dari diri kita sendiri.

  1. Why does it matter?

Setelah menentukan W yang ke-2, mari kita pikirkan, apakah hal itu penting di mata orang lain? Apakah itu membuat nilai kita jadi bertambah? Kalau tidak, berarti kita harus mulai mencari USP yang baru. Karena percuma saja kalau hanya kita yang merasa kelebihan kita itu menjual, tapi sebenarnya tidak memiliki nilai tambah di mata orang lain.

Setelah menemukan personal branding kita, yang selanjutnya wajib kita lakukan adalah mempromosikannya. Sama halnya dengan produk atau jasa, percuma kan kalau hanya dibuat tapi tidak dipromosikan? Tenang, tidak perlu melalui iklan di TV atau Koran – tapi bisa dimulai dari kanal yang paling minim biaya; kanal digital.

  1. Mulailah dengan membangun aset kamu di ranah digital. Buatlah website/blog dan akun media sosial dengan menggunakan nama yang kamu ingin orang-orang lain kenal. Perlakukan aset-aset kamu laksana harta yang berharga, karena lewat inilah orang akan mulai mengenal personal branding kamu.
  2. Buatlah konten-konten orisinil yang sesuai dengan personal branding Kalau personal branding-nya adalah sebagai koki masakan sehat, berarti harus membuat konten mengenai hal-hal yang berhubungan dengan itu; jangan, misalnya, malah sering membuat review restoran cepat saji. Ini akan merusak personal branding yang sudah kamu bangun
  1. Rajinlah berinteraksi dan berbagi. Mulailah membangun jaringan dengan orang-orang yang sepertinya satu bidang dengan kita. Bisa dengan mengunjungi blog mereka, meninggalkan komentar, atau bergabung dengan percakapan mereka di media sosial. Dengan luwes tentunya, jangan sampai terlihat dipaksakan. Rajin-rajinlah berbagi konten dengan yang sudah menjadi pembaca blog kamu, atau sudah menjadi pengikut akun media sosial kamu – sekali lagi, tentunya konten yang berhubungan dengan personal branding yang sudah dibangun tadi.

Tapi personal branding tentunya tidak berhenti di dunia maya, karena kerja yang sebenarnya terjadi di dunia nyata. Bawalah koneksi yang sudah terbentuk secara online ke offline. Ajak mereka bertemu; bisa untuk sekedar kopi darat, atau mungkin sudah membicarakan peluang kerjasama.

Secara paralel, gunakan juga kanal selain digital untuk memperkuat personal branding kita. Kita bisa bergabung dengan komunitas atau organisasi yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita, atau mungkin hanya semudah rajin mengikuti acara-acara dimana kita bisa mulai memperkenalkan siapa kita, dan apa personal branding kita. Jangan terlalu asyik membangun personal branding di dunia virtual, tapi di dunia nyata tidak berkelakuan sama. Itu namanya hanya pencitraan semata.

Yang sangat penting diingat, membangun personal branding yang baik dan kuat adalah perjalanan yang panjang. Marathon, bukan sprint. Tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh usaha, fokus, dan konsistensi. Tapi begitu sudah terbentuk, hasil yang dituai pastinya juga akan memuaskan.

So, are you ready to start crafting your own personal branding?