Agar Nutrisi Dapat Diserap Maksimal, Batasi Konsumsi 5 Makanan yang Melemahkan Otak Anak

Pada masa pertumbuhan, peran gizi dan nutrisi tentu sangat penting bagi anak. Agar tubuh si kecil bisa menyerap nutrisi secara maksimal, batasi konsumsi berbagai jenis makanan yang dapat melemahkan otak. Apa saja jenis makanan yang harus dihindari?

Gula

makanan-yang-dapat-melemahkan-otak-anak--3-

Makanan berkadar gula tinggi seperti gulali, kue, biskuit, permen, dan sereal manis hampir tidak memiliki nilai gizi. Jika kadar gula anak naik dengan cepat maka hal ini bisa menyebabkan tidak stabilnya pasokan energi ke otak. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat konsentrasi menurun, serta kondisi anak mudah tersinggung dan mudah lelah.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Kafein

makanan-yang-dapat-melemahkan-otak-anak--1-

Kandungan kafein terdapat dalam teh, kopi, cokelat, dan minuman berkarbonasi. Berdasarkan penelitian, anak-anak usia sekolah dasar yang teratur minum teh setiap pagi cenderung memulai hari dengan perasaan grogi, lelah, dan lamban.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Fast Food

makanan-yang-dapat-melemahkan-otak-anak--2-

Sudah menjadi rahasia umum, makanan cepat saji sangat rendah gizi, kaya pewarna, pengawet, dan penambah cita rasa buatan. Konsumsi berlebih dan rutin fast food mengakibatkan penurunan pada saluran pencernaan, sirkulasi, proses mental, dan penyumbatan arteri.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Minuman Berkarbonasi

makanan-yang-dapat-melemahkan-otak-anak--4-

Kategori minuman berkarbonasi tidak hanya tentang minuman bersoda saja, tapi juga jus buah kemasan. Minuman kemasan mengandung banyak gula, pengawet, pemanis, pewarna, kafein, dan fosfor yang tidak memberikan manfaat sama sekali untuk tumbuh kembang anak.

Zat Aditif dan Pengawet

makanan-yang-dapat-melemahkan-otak-anak--5-

Sistem tubuh anak yang belum sempurna menyebabkan mereka belum sanggup mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif dan pengawet yang biasanya digunakan untuk meningkatkan cita rasa, tekstur, dan daya tahan makanan. Meskipun tidak semua zat aditif berbahaya, tapi mengonsumsi dalam jumlah yang berlebih bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif, reaksi alergi, berdaya ingat lemah, depresi, dan perubahan suasana hati.