3 Rekomendasi Film Ramadhan

Menonton film adalah salah satu cara ngabuburit yang efektif membunuh waktu secara menyenangkan. Nuansa Ramadhan akan terasa lebih syahdu dengan menyaksikan film-film bernuansa religi pula. HIJUP merangkum 5 film bernuansa religi yang cocok disaksikan di bulan Ramadhan.

Le Grand Voyage (2004)

Reda (Nicolas Cazale) dalam Le Grand Voyage (2004)

Reda (Nicolas Cazale) dalam Le Grand Voyage (2004)

Film Perancis karya sutradara Ismael Ferroukhi ini mengisahkan hubungan ayah-anak yang bermasalah antara Reda (Nicolas Cazale) yang terpaksa menemani Ayah (Mohamed Majd) pergi haji mengendarai mobil dari Provence, Perancis. Dengan alasan yang misterius, Ayah bersikeras berangkat lewat jalur darat alih-alih pesawat. Hubungan ayah-anak yang selama ini berlangsung buruk, menjadi semakin buruk seiring perbedaan-perbedaan di antara Ayah yang muslim taat dan Reda yang sekuler; keduanya dihadapkan pada berbagai situasi pengambilan keputusan, kehabisan bekal, teman seperjalanan, hingga situasi antara hidup dan mati. Keduanya melalui Perancis-Italia-Slovenia-Kroasia-Serbia-Bulgaria-Turki-Syria-Jordan-Saudi Arabia hingga berbulan-bulan lamanya. Ismael secara cerdik menampilkan perbedaan keduanya secara tajam bahkan melalui bahasa, Reda yang selalu berbicara dalam bahasa Perancis dan Ayah yang selalu bicara dalam bahasa Arab. Menariknya, film ini merupakan film fiksi pertama di dunia yang memperoleh izin Pemerintahan Saudi Arabia untuk syuting di dalam lingkungan ibadah haji. Ending yang mengharukan akan banyak mengajarkan kita untuk lebih menghargai orang tua, memahami kesombongan masa muda, serta kebijakan dan kasih sayang seorang ayah.

Children of Heaven (1997)

Ali (Amir Farrokh Hashemian) dan Zahra (Bahare Seddiqi) dalam Children of Heaven (1997)

Ali (Amir Farrokh Hashemian) dan Zahra (Bahare Seddiqi) dalam Children of Heaven (1997)

Old but gold. Walau film ini telah berusia 19 tahun, namun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih membekas di hati penontonnya hingga kini. Film Iran ini menceritakan tentang kakak-beradik dari keluarga miskin, Ali (Amir Farrokh Hashemian) dan Zahra (Bahare Seddiqi). Ali yang tidak sengaja menghilangkan sepatu Zahra terpaksa memakai sepatu ke sekolah bergantian dengan adiknya karena tidak mampu membeli sepatu baru. Hingga akhirnya Ali mendengar perlombaan lari yang memperebutkan berbagai hadiah, salah satunya adalah sepatu untuk juara ketiga. Ali yang mengikuti perlombaan tersebut tanpa sengaja finish di urutan pertama sehingga gagal menghadiahkan sepatu baru untuk Zahra. Sepatu dalam film ini hanya cerminan keluguan anak-anak dan ikatan persaudaraan yang kuat sambil harus berhadapan dengan kemiskinan keluarga. Film arahan sutradara Majid Majidi ini masuk nominasi Academy Awards for Best Foreign Film 1998, namun dikalahkan oleh La vita e bella (Life is beautiful) asal Italia.

3: Alif Lam Mim (2015)

Alif (Cornelio Sunny), Lam (Abimana Aryasatya), dan Mim (Agus Kuncoro) dalam 3: Alif Lam Mim (2015)

Alif (Cornelio Sunny), Lam (Abimana Aryasatya), dan Mim (Agus Kuncoro) dalam 3: Alif Lam Mim (2015)

Film ini mengangkat tema baru yang belum pernah ada sebelumnya di layar perak Indonesia. 3: Alif Lam Mim mengangkat tema dystopia semacam The Hunger Games, Divergent, hingga The Maze Runner. Dikisahkan Indonesia yang damai pada 2036 selepas Perang Saudara sepuluh tahun silam kembali terusik oleh insiden pemboman sebuah cafe di Jakarta. Tiga sahabat, Alif (Cornelio Sunny), Lam (Abimana Aryasatya), dan Mim (Agus Kuncoro) harus berhadapan satu sama lain karena penyelidikan Alif sebagai penegak hukum mengarah kepada Mim dan anak-anak pondok pesantren asuhannya sebagai teroris. Menariknya, film arahan Anggy Umbara ini mengangkat banyak unsur beraroma konspirasi. Misalnya, penamaan karakter berdasarkan ayat Alquran yang tidak dapat ditafsirkan, Kolonel Mason (ingat Freemasonry?), kemudian Detasemen 38: 80-83, 7 Jenderal (ingat Peristiwa G30S/PKI?), dan lain-lain. Namun sebagai tontonan Ramadhan, film ini layak jadi pilihan karena keunikannya dari film Indonesia kebanyakan.